"Aku gak kuat disini, aku gak tahan, aku gila. Mama marah-marah mulu dan mukul, masih mending mama orang lain, marah gak sampai mukul, aku mau ke tempat nenek aja" teriakan itu terdengar begitu menyakitkan buat saya. Bagaimana tidak, seorang anak bisa melontarkan kata-kata seperti itu kepada Ibunya bahkan di bulan Ramadhan seperti ini.
Kronologisnya begini. Saya baru saja pulang dari kampus sekitar pukul 4 sore. Diperjalanan pulang, dengan mata yang sedikit mengantuk (karena malamnya kurang tidur) saya membuat plan untuk sore itu. Turun dari angkot nyari ta'jil dulu, terus pulang, shalat, mandi, lalu tidur hingga adzan maghrib tiba. Yup, itulah plan saya buat sore itu. Tapi apalah daya, karena mengantuk, saya tidak fokus, sehingga tempat dimana saya membeli ta'jil terlewat. Dengan begitu, saya terpaksa menunda beli ta'jil, dan memilih pulang terlebih dahulu, shalat, mandi, beli ta'jil, baru tidur. Begitu turun dari angkot, saya pun melanjutkan perjalanan ke kostan dengan berjalan kaki. Namun tiba-tiba saya mendengar suara seorang ibu yang sedang marah-marah kepada anaknya. "Astaghfirullah, bulan puasa gini kok marah-marah sih" kalimat itu saya ucapkan dalam hati. Saya mengenal keluarga ibu itu, meskipun tidak kenal dekat, tapi setidaknya saya kenal dengan beliau, suami beliau, dan kedua anaknya.